Belajar Berbagi di Hari Raya Idul Adha

HIKMAH IDUL ADHA. Tidak terasa ternyata kita kembali menemui salah satu momentum besar dalam tradisi religius Islam, bernilai besar tidak saja secara ritual yang melibatkan banyak pelaku pada saat yang sama, tetapi juga besar secara sosio-historis, dan yang lebih penting, secara ruhiyah.

Tradisi yang kemudian kita kenal sebagai Hari Raya Qurban (Idul Adha), secara kolektif mampu mendorong setiap muslim untuk berlomba beramal dengan mengkurbankan hewan hasil dari shodaqoh, baik berupa sapi maupun kambing. Tidak ketinggalan kaum papa pun berlomba mendapatkan karunia rezki lebih dari setiap kerat daging yang menjadi hak mereka. Fenomena diatas menunjukkan, tradisi Qurban tidak hanya secara elitis dimiliki oleh kaum aghnia (kaya), tetapi sangat terbuka ruang, yang memang diperuntukkan bagi kaum papa untuk terlibat. Nyatalah, secara esensial target utama dari Qurban adalah lapisan sosial ekonomi lemah. Perayaan Hari Raya Idul Adha digunakan sebagai momentum bagi sekolah-sekolah berbagi untuk sesama, khususnya di SMA GAMA Yogyakarta juga melaksanakan kegiatan ini, sekaligus untuk menanamkan pendidikan karakter kepada anak didik agar memiliki rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi, selain itu juga menjalankan perintah agama.

Pada Idul Adha tahun ini SMA GAMA melakukan penyembelihan tiga ekor kambing. Satu ekor kambing diserahkan di Masjid Al Falaah oleh Dalono, S.Pd. selaku kepala sekolah SMA GAMA dan diterima oleh H. Slamet Hambali, M,Ag. selaku Takmir Masjid Al Falaah. Dua ekor kambing disembelih di sekolah untuk dibagikan kepada seluruh siswa, guru dan karyawan. Kegiatan ini juga diwarnai dengan adanya lomba memasak daging qurban yang diikuti seluruh siswa dibagi per kelas baik yang beragama muslim maupun non muslim juga mengikuti rangkaian kegiatan Idul Adha tersebut. Seluruh siswa, guru dan karyawan sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini, dan diharapkan dapat menumbuhkan rasa ketaqwaan kepada Allah dan sesama.

Maka terdapat beberapa makna atau nilai yang dapat diambil dari fenomena ini, yaitu pertama, ibadah Qurban merupakan manifestasi ruhiyah untuk senantiasa menyerahkan segala kepemilikan bendawi khususnya, hanya kepada Allah yang diwujudkan dengan mengkurbankan hewan. Setiap hamba dituntut untuk mengambil posisi berhadapan dengan ikatan bendawi, meski hal itu merupakan bagian dari nikmat yang lumrah dimanfaatkan. Keterikatan pada benda akan mengkerdilkan jiwa, menyempitkan nalar, dan memasung empati pada sesama. Kedua, qurban merupakan sebuah simulasi lapangan dalam mengejawantahkan keseimbangan kosmologis yang tiada ketimpangan, stratifikasi dan ketidakadilan struktural sehingga memarjinalkan kalangan tak  berpunya.

Berikut ini merupakan hikmah idul adha ;

Semangat Berbagi untuk Sesama. Memperingatan Idul Adha, setiap umat muslim yang memiliki kemampuan, dianjurkan untuk menyembelih hewan qurban. Setelah itu, daging qurban akan dibagi-bagikan kepada mereka yang membutuhkan. Hal ini secara tidak langsung mengajarkan untuk memiliki semangat yang tinggi dalam berbagi.

Apapun Itu Butuh Pengorbanan. Di Idul Adha inilah, umat muslim diingatkan kembali bahwa untuk mencapai segala hal yang diimpikan, maka pengorbanan wajib dilakukan.

Taat kepada Orangtua. Kisah Nabi Ismail yang akan disembelih oleh Nabi Ibrahim tentu sudah tidak asing lagi bagi umat muslim. Menariknya ketika perintah dari Allah itu datang, Nabi Ismail tidak banyak beralasan dan justru malah meneguhkan semangat orangtuanya untuk tidak perlu ragu melaksanakan perintah itu.

Ikhlas dalam Semua Cobaan. Ketika datang perintah dari Allah untuk Nabi Ibrahim agar menyembelih Nabi Ismail, ada sikap yang perlu dicontoh dari kedua nabi tersebut, yaitu keikhlasan saat cobaan sedang datang. Baik sang ayah, Nabi Ibrahim, maupun sang anak, Nabi Ismail tidak ada sepatah keluh kesah pun keluar dari mulut mereka.

Tulus Melaksanakan Perintah. Ismail yang dikurbankan oleh Nabi Ibrahim sebenarnya adalah anak satu-satunya yang dimiliki. Itupun setelah menunggu sekian lamanya.
Kemudian ketika datang perintah untuk menyembelih Nabi Ismail, Nabi Ibrahim tanpa banyak beralasan akhirnya melaksanakan tugas itu.

Tidak Perlu Sombong karena Kita Sebenarnya Tak Punya Apa-apa. Penyembelihan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim sebenarnya secara tidak langsung mengajarkan bahwa tidak ada apa pun yang dimiliki secara mutlak oleh seseorang. Semua yang dimiliki saat ini hanyalah titipan dari Allah yang dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Dan sekarang ini, ketika rata-rata dari kita ramai-ramai merayakan Qurban dengan sekerat daging  praktik yang seringkali sangat mekanistik, semoga saja kita tidak lupa bahwa kita pun dituntut untuk meniadakan penghalang (hijab) antara kita dengan Allah, baik itu berupa ego, istri, suami, kekuasaan politik, kekayaan, status sosial, organisasi, fanatisme golongan/madhab, dan tirani.

Jelas sudah, bukan sebuah kebetulan Nabi Isma’il digantikan dengan seekor kambing. Bukan karena rasa kasihan, Allah menghentikan Nabi Ibrahim a.s. yang akan menyembelih putranya. Tetapi memang dari awalnya terdapat satu gagasan besar, yaitu prinsip pembebasan (pribadi dan kolektif), keadilan, dan persamaan derajat, merupakan deretan nilai-nilai etis moral yang mendasari hadirnya Qurban ke hadapan kita

Dalam perspektif Qurban, teranglah bahwa Islam hadir tidak dengan semangat mengabsahkan realitas, tetapi justru untuk merubahnya. Qurban hari ini akan menentukan realitas dan peta masyarakat selanjutnya dalam ranah spiritual, ideologis, politik, sosial, budaya dan ekonomi. Produk dari berqurbannya Ibrahim adalah negeri Mekkah, organisasi aplikatif yang dilegitimasi sebagai Balad al Amin (Negeri yang Aman Sentosa). Maka apakah hasil dari qurban kita ?. Berkurban yuk ….?

  

  

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

SMA TIGA MARET